Intelektualitas.com – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Kupang sukses menggelar pementasan drama bertajuk “Ulayat Terakhir” pada Sabtu (18/01/2025). Pementasan yang berlangsung di Aula Universitas Muhammadiyah Kupang ini mendapat antusiasme besar dari mahasiswa, dosen, dan masyarakat setempat.
Pementasan drama “Ulayat Terakhir” mengangkat isu pelestarian budaya lokal serta konflik masyarakat adat dalam mempertahankan tanah ulayat di tengah derasnya arus modernisasi. Dalam durasi sekitar dua jam, para pemeran dengan penuh totalitas menyampaikan pesan moral tentang pentingnya menjaga tradisi dan identitas budaya di era globalisasi.
Drama Ulayat Terakhir adalah bentuk dedikasi kami terhadap pelestarian sastra lokal. Dengan seni, kami ingin mengedukasi sekaligus menginspirasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap warisan budaya,” ungkap Eplynda, selaku pemeran utama dalam cerita tersebut.
Cerita teater ini menampilkan konflik antara tokoh utama, seorang anak gadis adat bernama Pare, dengan pihak perusahaan yang ingin menguasai lahan adat mereka untuk pembangunan industri. Melalui dialog penuh emosi, simbolisme budaya, dan gerakan teatrikal yang memukau, pementasan ini berhasil menggugah kesadaran penonton akan pentingnya pelestarian budaya dan lingkungan.
Selain itu, pementasan ini didukung oleh tata panggung yang menggambarkan suasana pedesaan khas Nusa Tenggara Timur, lengkap dengan musik tradisional dan tarian daerah yang memperkuat nuansa lokal.
“Pementasan ini sangat menarik karna mengangkat isu isu sosial yang sampai sekarang masih jadi persoalan, khususnya di Nusa Tenggara Timur ,” tutur Benediktus, seorang mahasiswa semester 5.
Pementasan “Ulayat Terakhir” menjadi bagian dari rangkaian kegiatan seni dan budaya yang rutin digelar oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Kupang. Kepala program studi, Dr. Idris Mboka, S.Pd, M.Pd., berharap kegiatan seperti ini dapat terus memupuk kecintaan mahasiswa terhadap budaya lokal sekaligus membekali mereka dengan kemampuan berkreasi dan berpikir kritis.
“Kami ingin mahasiswa tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga mampu menyuarakan isu-isu penting melalui seni,” pungkasnya.
Dengan kesuksesan pementasan ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga tanah ulayat dan identitas budaya di tengah arus globalisasi. “Ulayat Terakhir” menjadi bukti nyata bahwa seni dapat menjadi media efektif untuk menyampaikan pesan moral dan sosial kepada khalayak luas.
Jurnalis : Amris Kopong Oran
Fotografer : Sumanti Umar
Redaktur : Abid & Hermanus Lamma