Intelektualitas.com – Prof. Dr Zainur Wula, S.Pd.,M.Si, seorang akademisi senior dan peneliti ulung dalam bidang ilmu Sosiologi telah diakui secara resmi sebagai Guru Besar Ilmu Sosiologi pada Fakutas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah Kupang. Pengukuhan tersebut menghadirkan Senat Universitas Muhammadiyah Kupang; Guru Besar dari LLDikti Wilayah XV:Prof. Dr. Simon Sabon Ola, M.Hum, Prof. Dr. Magdalena Ngongo, M.Pd; dan Guru Besar dari Universitas Muhammadiyah Malang: Prof. Dr. Ishomuddin, M.Si, Prof. Achanul In’am, Ph.D. Acara Pengukuhan Guru Besar ini berlangsung dengan khidmat dan bertempat di Aula Utama Universitas Muhammadiyah Kupang (Sabtu, 28/10/2023).
Kepala LLDikti Wilayah XV, Prof. Dr. Adrianus Amheka, ST.,M.Eg mengemukakan bahwa pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sosiologi ini tentunya sangat berdampak terhadap peningkatan mutu pendidikan di Universitas Muhammadiyah Kupang. “Saat ini NTT membutuhkan banyak Guru Besar agar kualitas Pendidikan Tinggi semakin lebih baik. Adanya Guru Besar dalam bidang Ilmu Sosiologi, ini akan memberikan kontribusi ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah sosial di NTT”, ungkap Prof. Adrinus Amheka.
Dalam acara Pengukuhan Prof. Dr. Zainur Wula, S.Pd.,M.Si dibacakan prestasi akademik beliau yang mengesankan di dalam Tridharma Perguruan Tinggi. Prof. Zainur telah melakukan banyak penelitian dalam bidang Sosiologi selama beberapa dekade. Karya dan kontribusi sosial beliau terhadap ilmu pengetahuan telah mengangkat Citra Universitas Muhammadiyah Kupang sebagai Kampus Multikultural yang memiliki keunggulan akademik di Nusa Tenggara Timur.
Prestasi akademik Prof. Zainur tidak hanya terlihat dari jumlah penelitian terpublikasi dan penghargaan ilmiah yang diterimanya. Pengukuhan Profesor Zainur adalah pengakuan atas dedikasi dan prestasi akademik yang luar biasa. Selain itu, sosok Rektor Universitas Muhammadiyah Kupang ini adalah figur keteladanan bagi Civitas Academica Universitas Muhammadiyah Kupang. Sebagai seorang pendidik yang berdedikasi, para mahasiswa sering menyebut beliau sebagai inspirator dalam perjalanan akademik mereka.
“Saya bersyukur atas penghargaaan ini karena tentunya telah melakukan banyak hal secara akademik. Ini prestasi, sekaligus menjadi beban untuk saya. Gelar Guru Besar memiliki tanggung jawab yang berat jika dibandingkan belum menjadi Guru Besar. Saya harus memberikan keteladanan dalam mendidik, melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, serta menciptakan perubahan mindset mahasiswa dan dosen untuk meningkatkan mutu pendidikan, ungkap Prof. Zainur ketika diwawancarai oleh pihak media Intelektualitas.com.
Sosiolog NTT ini menambahkan bahwa urgensi terhadap peningkatan mutu pendidikan. Kita perlu mendorong kolaborasi, karena tidak ada superior dalam dunia pendidikan. Kita harus bergaul, bermitra, bersinergi dengan pihak lain dalam mengembangkan kemampuan kita, sehingga kita dapat mengekplorasi sumber-sumberdaya sosial dan alam untuk kemajuan umat manusia secara lebih baik dan tidak berdampak pada hal negatif, seperti pengrusakan terhadap alam, kejahatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini harus diperjuangkan secara bekelanjutan agar tercipta tatanan sosial yang aman, damai, dan harmonis.
Prof. Dr. Sandi Maryanto, M.Pd selaku Ketua BPH dan Senat Universitas Muhammadiyah Kupang sangat memberi apresiasi yang tinggi dan ikut berbahagia atas penghargaan Guru Besar kepada Prof. Zainur karena ini momentum pertama kali sepanjang sejarah Universiatas Muhammadiyah Kupang. Beliau mengemukakan bahwa kalau Perguruan Tinggi memiliki Guru Besar, ini akan meningkatkan kualitas pendidikan dan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi Provinsi Nusa Tenggara Timur, Bangsa dan Negara.
Pengukuhan Prof. Dr. Zainur Wula, S.Pd.,M.Si menjadi Guru Besar adalah momentum yang pertama dan bersejarah bagi Universitas Muhammadiyah Kupang. Hal ini akan meneguhkan komitmen Universitas Muhammadiyah Kupang untuk senantiasa meningkatkan mutu pendidikan, sehingga dapat menghasilkan lulusan unggul, kompetitif dan cerdas secara spiritual, intelektual, emosional, serta berwawasan multikultural.
Jurnalis: Tri Ayu
Photografer: Rion
Redaktur: Abid