intelektualitas.com// Mahasiswa/i Universitas Muhammadyah Kupang (UMK) antusias mengikuti Pelatihan Relawan Faiths 4 Climate Jussico di Aula Lantai 3 Gedung C Universitas Muhammadiyah Kupang, (5/11/2022).
Kegiatan ini dihadiri bebera organisasi dan komunitas pencinta Alam di kota Kupang diantaranya, Greenfaith International Network, Kader Hijau Muhammadiyah, Himapala UMK, Geser Hati (Gerakan Setiap Hari Cinta Lingkungan – Gabungan Ormawa Se UMK), Rumah Mentari, Bank Sampah Mutiara Timur, CV. Mitra Karya Abadi, Korkom IMM, PW GPII NTT, Rumah Produktif Indonesia NTT dan Donasi Sampahmu.
Faiths 4 Climate Justice merupakan Aksi Global Pemuda Lintas Agama yang dilaksanakan hampir di seluruh dunia yang dilakukan secara global dari tanggal 2 Oktober sampai dengan 6 November . Pelatihan Relawan Faiths 4 Climate Justice merupakan salah satu bagian dari ratusan kegiatan kampanye global yang dilaksanakan pada 5 November 2022. Adapun 4 kegiatan yang dilaksanakan yaitu: Climate change talkshow, diskusi pemuda lintas agama, sosialisasi donasi sampahmu dan gerakan adopsi pohon.
Dalam acara Pelatihan Relawan Faiths 4 Climate Jussico, Paskalis Loko mengungkapkan kebahagiaaanya atas antusias Mahasiswa UMK dalam menghadiri pelatihan tersebut.
Pria lulusan Sekolah Tinggi Formasi Kaloborasi Semarang itu membeberkan pemahaman bahwa, limbah medis cukup beracun dan berbahaya bagi lingkungan hidup.
“Proses pengolahan limbah ini sangat penting. Karena limbah-limbah yang diolah di tempat medis itu, termasuk dalam kategori berbahaya karena mengandung bahan beracun. Kami merasa bahwa pengelolaan sampah jenis ini harus dikelola dengan baik,” tutupnya Founder CV. Mitra Karya Abadi itu.
Sementara itu, Meilsi Mansula juga menyuarakan hal yang sama. Pengalamannya sebagai mahasiswa pecinta alam, menjadikannya sebagai pribadi yang vokal menyuarakan aksi pungut sampah. Ia berharap, mahasiswa tak hanya berkutat di bangku kuliah, namun mau meluangkan waktu untuk menjaga dan melestarikan lingkungan terutama memungut sampah-sampah yang berada di lingkungan tempat tinggal.
“Saya melihat di Kota Kupang ini, adalah Kota yang paling besar menghasilkan sampah plastik dan sampah lainnya. Maka dari situlah saya ingin mengajak kita semua yang mengikuti pelatihan hari ini, agar peduli dengan sampah yang ada di sekitar kita dan terus melestarikan alam NTT,” kata alumni Universitas Brawijaya Malang itu, tutup Founder Bank Sampah Mutiara Timor tersebut.
Hal senada diungkapkan, Aryz Lauwing Bara (Founder Rumah Mentari) , berprinsip bahwa mencintai dan merawat alam sama artinya dengan manusia yang mencintai dan menyayangi dirinya. Jika cinta untuk diri sendiri itu ada, maka seharusnya cinta kepada alam pun ada.
“Bicara tentang lingkungan berarti kembali pada diri kita sendiri. Kita harus peduli dengan sampah di sekitar kita. Sebagai relawan harus menjaga, merawat, dan melindungi alam yang sudah diberikan Tuhan kepada kita. Mari kita mengajak teman-tema agar jangan pernah mengotori bumi ini dengan membuang sampah sembarangan,” ujar Aris.
Kegiatan yang dihadiri ratusan mahasiswa/i ini bukan sekedar sosialisasi ataupun pelatihan biasa, namun lebih daripada itu merupakan sebuah gerakan moral untuk mendorong dan meningkatkan kepedulian dan kepekaan mahasiswa dan masyarakat dalam merawat alam dan lingkungan sekitar.
Penulis: Riccy Enjela
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UMK