KUPANG – Perhimpunan Mahasiswa Uyelewun (MAWU) Kota Kupang tidak melewatkan momentum awal tahun 2022. MAWU Kota Kupang mengadakan kajian awal tahun di SMK Muhammadiyah, Kelurahan Kayu Putih, Kota Kupang (10/01/2022).
Kajian awal tahun tersebut dihadiri sekitar 40 mahasiswa yang terdiri dari berbagai program studi. Kajian ini menghadirkan Tata Sri Chatun, S.S., M.Si sebagai narasumber. Materi dijelaskan sacara mendalam mengenai esensi gender dan relasi sosial, sehingga mampu menyita antusias dari para peserta kajian.
Ketua Umum MAWU Kota Kupang, Konradus Kopaq mengungkapkan bahwa tema kajian ini adalah gender dan relasi sosial. Tema tersebut dipilih karena relevan dengan realita saat ini.
“Kajian MAWU Kota Kupang ini memilih tema mengenai gender dan Relasi Sosial karena melihat banyak hal dan polemik yang terjadi di era ini. Salah satu fenomena yang hangat dibincangkan dalam publik dan politik adalah permasalahan kesetaraan gender. Saat ini gender dalam konteks kehidupan politik dan sosial di Indonesia merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi. ini dikarenakan jumlah keterlibatan perempuan dalam setiap aktivitas publik maupun politik yang belum memenuhi”, ungkapnya kepada Intelektualitas.com
Tata Sri Chatun, S.S., M.Si mengapresiasi tema kajian yang diangkat oleh MAWU Kota Kupang. Ia menyatakan bahwa masalah gender harus menjadi konsumsi bagi semua kalangan agar masyarakat lebih sadar dalam pola relasinya adil dan merata.
“Berbicara soal gender ini seharusnya menjadi konsumsi kita semua, karena ini sebuah tuntutan kebutuhan agar masyarakat bisa lebih melek, sehingga pola relasinya adil dan merata. Ini mengasah, membuka cakrawala berpikir tentang esensi dari gender.
Ketika menyampaikan materi dalam kajian tersebut, Dosen Ilmu Politik UNDANA itu menyatakan bahwa penerapan pola relasi sosial masih memperlihatkan dikotomi antara sex dan gender.
“Saat ini saya melihat penerapan pola relasi sosial dalam masyarakat. banyak pemikiran masih mendikotomikan antara sex dan gender. Kurangnya pemahaman perbedaan gender dan sex. Jadi, saya harus meluruskan itu dulu”, kata perempuan yang biasa disapa Sri.
Salah satu peserta kajian, Kamsia Junari mengemukakan banyak memperoleh pelajaran dalam sesi diskusi, sehingga dapat memberikan pemahaman mengenai gender.
“tentu kajian ini didapat banyak pelajaran yang tidak disampaikan di luar sana khususnya bicara soal gender. Seperti disampaikan oleh pemateri yang didengar bersama, ini memberikan pemahaman bahwa gender itu sendiri ialah karakteristik budaya yang dapat dipertukarkan laki-laki dan perempuan atau saling menghargai dan membangun kesepakatan menerima satu sama lain, yakni sama-sama menguntungkan dalam hal membangun kemitraan di mana kita masuk pada teori sosial suami dan istri. Perempuan mempunyai kodrat yakni melahirkan, menstruasi, dan menyusui”, tutur mahasiwa Prodi PBSI UMK itu
Penulis: Mustamil Snae
Editor: Nona Wardhani