Prinsip dasar melakukan gerakan kaderisasi adalah upaya liberasi sebagai manivestasi pembebasan manusia dalam berfikir dan bertindak, sehingga ada kesesuaian antar kebenaran epistemologi dan ontologi kader untuk menerjemahkan pandangan dunia ilahi maupun materialis. Ruang mediasi intelektual kader HMI merupakan hal yang sangat sifnifikan dan mendasar. Kebutuhan ini, sangatlah urgen karena pada dasarnya realitas itu, sifatnya dinamis dan berdialektika.
Ketika ruang intelektual bagi kader HMI kosong, nisbi, nihil bahkan tidak ada tradisi dialektika yang intensif. Maka akan terjadi stagnasi gerakan pemikiran dan gerakan sosial. Maka menjadi keniscayaan universal bagi kader HMI sebagai organisasi revolusioner untuk menjaga tradisi pemikiran sehingga tumbuh gerakan sosial revolusioner untuk menopang peradaban umat manusia ditengah krisis multidimensi hari ini, mulai dari menguatkan politik oligarki ditengah tumbuhnya pusaran demokrasi kita, krisis ekonomi dan politik, krisis ekologi, Humanisme, HAM dan stagnasi disentegrasi bangsa dan lain sebagainnya. Oleh karena itu teruslah budayakan tradisi intelektual, karena seorang intelektual oetentik itu lahir dari proses yang panjang didalam pergulatan dinamika sosial. Dan modalitas dasarnya adalah Menjaga Ruh Khasanah Tradisi intelektual sekaligus ia memiliki banyak pengetahuaan. Dan pengetahuan yang baik didapatkan melalui proses dialektik membaca dan proses dialogis ide secara rutin.
Orang yang besar dan Sukses dalam belajar itu memiliki talenta budaya membaca, diskusi & menulis sekaligus bergerak secara praksis untuk membangun kesadaran paradigma induvidu, publik serta rakyat.
Membaca, Menulis serta berdiskusi dan bergerak adalah jalan keabadian serta memproduksi ide tentang pengetahuan sebagai medium peradaban universal.
Masa depan hanya bagi mereka yang terus belajar & tak perna berhenti untuk mencari ilmu pengetahuan.
Pertanyaan fundamental bagi ruang transformasi kaderisasi; pengetahuan apa yang harus ditransformasikan kepada kader? Hal ini, penting untuk dijawab karena tidak semua pengetahuan bisa dijadikan kerangka kerja revolusioner sebuah institusi organisasi perjuangan seperti HMI. Sehingga orientasi kaderisasi bisa terukur, sistematis, universal dan kontekstual dengan zaman.
Organisasi yang tak memiliki visi kaderisasi yang revolusioner akan hanya menghantarkan kader yang berfikir pragmanis, hedonis, Apakah mungkin kader yang tolol, miskin gagasan, tak punya tradisi dialektika akan mampu melakukan peruban sosial? Tampak sudah hal yang mustahil. Lantas bagaimana istrumen epistemologi apa yang harus dipakai untuk menumbuhkan kualitas kader yang militan dan progresif .Jawabannya sederhana : membangun gerakan transformatif HMI pada landasan revolusi pikir (kesadaran akal) untuk melawan kejumudan berfikir kader yang stagnan. Karena tidak mungkin seorang kader membuat gerakan praksis melalui inovasi, kreatifitas tanpa basis pengetahuan diera distruptif saat ini. Olehnya itu, untuk menciptakan pembaharuan organisasi diera revolusi industri 4.0 landasan utama bagi seorang kader HMI adalah mampu memahami skema Idealitas dan basis realitas pada kerangka logika dan filsafat sehingga ia mampu mengkonfirmasi realitas transformatif perubahan sosial berjalan sesuai dengan landasan epistemologi gerakan dengan metode Ilmu Logika dan filsafat menuju pada subtansi realitas kebenaran dengan basis kerangka Nilai Dasar Perjuangan ( NDP HMI ) sebagai pisau analisa sosial untuk menafsirkan pandangan pandangan dunia. Dari situlah revolusi masyarakat bisa kita realisasikan secara simultan dalam gerakan praksis.
Yakusa Intermediate Training (LK II) HMI Cabang Kupang
Alhadi Ulumando (Aktivis HMI )