KUPANG – Sebagai upaya membangun kesadaran kebhinekaann untuk mewujudkan kehidupan harmonis dan sikap toleransi di dalam masyarakat heterogen. Mahasiswa Modul Nusantara Program Pertukaran Mahasiswa Kampus Merdeka (PMKM) hadiri bedah buku “Kearifan Lokal Umat Beragama di Kabupaten Alor Provinsi NTT dan Spirit Kerukunan”. Kegiatan ini diselenggarakan PMKM Modul Nusantara di Aula Senat Universitas Muhammadiyah Kupang, Kamis (6/1/2022).
Kegiatan ilmiah ini mengundang Drs. Muhammad Marhaban selaku penulis buku, Dr. Ahmad Atang, M.Si sebagai pembedah buku, Muhammad Mahmud sebagai Liaslon Officer, Dosen, karyawan, dan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah.
Dosen Pembimbing Modul Nusantara, Andi Irfan, S.H.I., M.H mengungkapkan bahwa kegiatan bedah buku Kearifan Lokal Umat Beragama Di Kabupaten Alor Provinsi NTT Dan Spirit Kerukunan adalah rangkaian kegiatan Kebhinekaan XII.
“Kebhinekaan sebagai salah satu kegiatan utama Program Pertukaran Mahasiswa Kampus Merdeka (PMKM) Modul Nusantara. Kegiatan Modul Nusantara ini meliputi kegiatan kebhinekaan, inspirasi, refleksi, dan kontribusi sosial,” ungkapnya kepada Intelektualitas.com.
Ia juga mengatakan bahwa kegiatan bedah buku ini dilaksanakan untuk internalisasi kesadaran Mahasiswa Modul Nusantara mengenai sikap toleransi dan penghargaan kemajemukan di Nusa Tenggara Timur.
“Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa memahami keberagaman budaya, suku, etnis, agama, kepercayaan pada Perguruan Tinggi tujuan atau penerima. Indikator utamanya adalah membangun kesadaran toleransi dan penghargaan kemajemukan merupakan tujuan utama kebhinekaan. Mahasiswa akan memperoleh pemahaman tentang kebhinekaan dan toleransi di Nusa Tenggara Timur”, katanya
Lebih jauh lagi, Dosen Ilmu Hukum Univ. Muhammadiyah Kupang itu menjelaskan bahwa pemahaman toleransi dapat dipelajari dari kehidupan masyarakat Indonesia Timur karena toleransi itu tumbuh di daerah masyarakat heterogen, bukan daerah masyarakat yang cenderung homogen.
“Berbicara tentang toleransi kita berbicara tentang Nusa Tenggara Timur, bicara tentang toleransi di Nusa Tenggara Timur berarti berbicara tentang Kabupaten Alor. Jadi, Kabupaten Alor merupakan miniatur toleransi di Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Timur adalah miniatur toleransi di Indonesia, jelasnya.
Penulis buku, Drs. Muhammad Marhaban mengungkapkan salah satu alasan penulisan buku “Kearifan Lokal Umat Beragama Di Kabupaten Alor Provinsi NTT Dan Spirit Kerukunan”
“Karena Kabupaten Alor itu sendiri terkenal dengan prinsip kerukunan yang sangat tinggi, sehingga tahun 2016 Alor mendapatkan Harmony Award dari pemerintahan Republik Indonesia. Ini dinilai dari beberapa aspek, Kabupaten Alor pantas menjadi negeri dengan toleransi yang sangat tinggi’, tuturnya.
Penulis itu juga menjelaskan bahwa terdapat kearifan lokal di Kabupaten Alor dalam mewujudkan spirit kerukunan. Sepuluh Kearifan lokal lokal Kabupaten Alor sudah dipadukan dalam buku tersebut. Salah satu kearifan lokal adalah spirit Taramiti Tominuku yang menggambarkan tentang orang Alor di gunung (pedalaman) dan di pantai (pesisir).
“Biasanya diistilahkan orang gunung dan pantai. Orang gunung itu keluarga atau saudara yang beragama Kristen, sedangkan orang pantai itu keluarga atau saudara yang beragama Islam. Gunung dan pantai itu sama-sama saling menjaga, ketika ada problematika yang terjadi di gunung, maka orang pantai datang untuk membantu. Sebaliknya, ketika terjadi problematika di pantai, maka orang gunung datang untuk membantu. Toleransi persaudaraan ini yang dinamakan Taramiti Tominuku”, jelasnya.
Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam realitas kehidupan umat beragama di Kabupaten Alor, yakni pelaksanaan pembangunan rumah ibadah. Misalnya, pembangunan masjid dibantu oleh orang yang beragama Kristen. Sebaliknya, pembangunan gereja dibantu oleh orang yang beragama Islam.
“Begitu juga dengan kegiatan keagamaan, perspektif yang paling sederhana dalam kegiatan keagamaan adalah berkaitan dengan MTQ ketua panitianya adalah dari orang-orang yang beragama Kristen. Sebaliknya kaitan dengan pesparani dan pesparawit, maka ketua panitianya pasti dari orang-orang yang beragama Islam”, Ungkap mantan Kepala Kantor Agama Kabupaten Alor itu.
Sosok pegiat kebhinekaan itu berharap buku “Kearifan Lokal Umat Beragama di Kabupaten Alor Provinsi NTT dan Spirit Kerukunan” mampu memberi pemahaman terhadap kerukunan umat beragama dan menjadi catatan sejarah.
“Selama ini kearifan lokal dalam kerukunan umat beragama hanya penuturan lisan. Semoga buku ini menjadi sebuah catatan sejarah ketika orang tua tidak ada, sehingga dari buku tersebut para generasi muda terkhusus di Kabupaten Alor atau generasi muda di luar Alor bisa mempelajari isi buku tersebut”, tuturnya
Penulis: Muhibuna M. Said
Editor: Abid
Mantap
Mantap