KUPANG – Saat ini sampah plastik masih menjadi salah satu problem yang sulit ditangani. Setidaknya, plastik membutuhkan waktu selama 500 tahun hingga 1.000 tahun untuk terurai. Padahal, sampah bisa mengganggu kesehatan masyarakat, dari bahan-bahan beracun yang terkandung di dalamnya. Jika zat beracun itu masuk ke dalam tubuh, maka dapat memicu masalah kesehatan seperti kanker, kerusakan saraf, kerusakan sistem imun, dan masih banyak lagi.
Persoalan sampah dan rendahnya kesadaran akan bahaya sampah tersebut membuat Melsi Mansula berinisatif untuk mendirikan bank sampah. Bank sampah yang didirikan Melsi bertujuan untuk mendaur kembali sampah-sampah yang tidak terurus khususnya plastik.
“Saya semenjak awal sangat termotivasi untuk kemudian bisa mengumpulkan berbagai sampah yang ada di Kota Kupang, khususnya sampah plastik yang bisa didaur ulang. Terutama sampah yang ada di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang tertimbun begitu saja tanpa ada pengelolaan lebih lanjut, makanya saya termotivasi untuk bisa mendirikan bank sampah,” terang mahasiswi lulusan S2 di Australia tersebut (Rabu, 05/01/2021).
Sosok perempuan inspiratif ini mengaku dengan dilakukannya kegiatan itu paling tidak bisa mengurangi sampah yang berserakan di TPA.
“Saya mulai mengelola bank sampah, sekitar Maret tahun 2020,” lanjutnya.
Upaya pengelolaan sampah belum dilakukan secara tepat di Kota Kupang , sehingga ia sangat bersemangat untuk mengurangi sampah di Kota Kupang, terutama sampah daur ulang.
“Saya bekerja hanya dengan memberikan informasi di media sosial agar para pemulung, ibu rumah tangga atau siapa saja bisa bekerja untuk mencari sampah yang bernilai ekonomis dan diantarkan langsung ke tempat saya,” jelasnya.
Tempatnya berkapasitas sangat minim dan modal masih terbatas, ia mengakui bahwa hanya menampung 15-20 ton sampah dalam sebulan. Jika sampah melebihi kapasitas yang ada, maka sampah akan ditolak kembali.
“Pemasukan sampah di TPA itu kira-kira 200 ton setiap hari. Artinya bahwa konsumsi sampah masyarakat di Kota Kupang sangat tinggi,” katanya.
Perempuan yang berasal dari Kupang tersebut, mengatakan bahwa masyarakat kita saat ini suka membakar sampah dan bahkan dibuang begitu saja di mana-mana, padahal memiliki nilai ekonomis dari sampah tersebut.
“Kota Kupang tentu akan maju dan berkembang di waktu yang akan datang. Kalaupun pengelolaan sampah masih saja begini, saya pikir ini masalah yang sangat serius yang harus cepat di tangani oleh Pemerintah,” ujarnya.
Lebih lanjut, dirinya juga mengatakan bahwa kalaupun pemerintah menganggap serius sampah saat ini, paling tidak membuat tampung sampah khusus di setiap Kelurahan dan bahkan di setiap RT.
“Coba kalau bisa pemerintah tampung sampah sementara di setiap kelurahan ataupun setiap RT, lalu diolah untuk memisahkan sampah yang masih bisa di daur kembali. Selanjutnya untuk yang tidak bisa didaur akan di buang di TPA. Jadi bisa mengurangi lebih masif sampah-sampah yang di buang di TPA. Itupun kalau pemerintah serius mengelola sampah,” kata Melsi.
Penulis: Mustamil Snae
Editor: Gusti Musa
Masalah utama dalam kehidupan bermasyakat adalah kurangnya kesadaran terhadap dampaknya pembuangan sampah disembarangan tempat yang akan menimbulkan penyakit melalui polusi udara
Sehingga solusi untuk mencegahnya perlu kerja sama , atau sosialisasi dalam tingkat Lurah , sampai RT . Dan langkah awalnya itu dari pihak” yang terkait memberikan apresiasi kepada masyarkat yang membuang sampah pada tempatnya sebelum sampai ke TPA . Dalam artian bahwa pihak terkait memberikan apresiasi , bentuk materi ( beras sekilo mungkin atau telur se-rak , dengan sendirinya masyarakat tanpa sadar akan membuang sampah pada tempatnya .
Kira-kira itu masukan dari saya
Salam Hormat 🙏🙏
Mohon maaf jika ada kata yang tidak berkenan