Berdiri di wilayah minoritas muslim, Universitas Muhammadiyah Kupang rajut kerjasama lintas iman dalam pengabdian tanpa sekat untuk menjadi sumber pencerahan dan penjaga keragaman.
Saat ini mayoritas mahasiwa Unmuh Kupang sebanyak 63.11 persen adalah mahasiswa non-muslim. Unmuh Kupang tahun 2020 dihuni sebanyak 4600 mahasiswa, dengan komposisi beragama Islam sebanyak 36.89 persen, Katolik 35.17 persen, Protestan 27.80 persen, Hindu 0.13 persen.
Rektor Unmuh Kupang, Zainur Wula dalam paparannya menjelaskan, sejak berdirinya Unumuh Kupang tahun 1987, dalam proses pembelajaran berkaitan dengan kurikulum pendidikan agama, setiap mahasiswa memperoleh pendidikan agama yang diajarkan oleh pendidik yang seagama.
“Unmuh Kupang menyiapkan pendidik, khususnya dalam kurikulum agama itu sesuai dengan agama yang diyakini oleh mahasiswa masing-masing,” terangnya pada (23/12) dalam acara Webinar yang diadakan rahmah.id
Termasuk dalam menyediakan fasilitas seperti beasiswa, Unmuh Kupang tidak membeda-bedakan antara mahasiswa muslim dan non-muslim. Namun khusus bagi beasiswa kader Muhammadiyah, Unmuh Kupang tetap memprioritaskan mahasiswa yang beragama muslim kader persyarikatan.
Sementara dalam kegiatan ekstra kesenian, terlebih paduan suara yang sering menyanyikan lagu Mars Sang Surya pesertanya didominasi oleh mahasiswa dari agama Kristen Katolik dan Protestan. Menurut Zainur, saat menyanyikan Mars Sang Surya mereka memiliki penghayatan yang luar biasa.
“Kita juga kalau Hari Raya libur, misalnya menjelang Natal mulai tanggal 24 sampai 27 kita libur. Kita toleransi terhadap agama Kristen dan Katolik menjelang Natal,” imbuhnya
Zinur menambahkan, relasi baik yang dijalin antar mahasiswa lintas agama bukan hanya terjadi di dalam lingkungan kampus. Dahkan, dia menemukan banyak mahasiswa yang berbeda agama ngekos atau tingal bersama dalam satu kontrakan.
“Kemudian dalam Lebaran (Idul Fitri), Natal dan Tahun Baru itu saling berkunjung, silaturahmi antara satu dengan yang lainnya yang berbeda keyakinan, dan itu berlangsung terus,” tuturnya.
Bukan hanya mahasiswa, di Unmuh Kupang dosen atau staf pendidik, berserta civitas akademik juga banyak yang non-muslim. Ia menyebut kerjasama antar keyakinan ini sebagai pengabdian tanpa sekat, yang sejalan dengan visi multikulturalisme Unmuh Kupang.
“Di sini suasana kebatinan kita sangat harmonis menerima perbedaan itu dengan lapang dada. Dan apa yang terjadi di Unmuh Kupang, kami bukan memperhatikan agama tapi nilai-nilai kemanusiaan universal yang kami bangun demi meningkatkan Sumber Daya Manusia, meingkatkan peradaban manusia di Nusa Tenggara Timur,” tandasnya
Penulis: Tulisan ini bersumber dari Muhammadiyah.or.id
PERHATIAN: Berita di atas adalah contoh dan siaran percobaan dari situs ini. Terima kasih.